Wednesday, December 20, 2006

semesta tata

ambisi ingin. melengkapi seutuh hasrat. seluruh daya dengan simbahan peluh kadang keluh. purnakan sewujud persembahan total. berharap capaian sesuai mau. sempurna. tapinyataternyana. kadang harap tak berbalas. usaha tak berbanding capaian. patahasa kadang bergaung.

Ini kehidupan; teratur tata.setiap ingin taksemua terpuas. sabari tanpa gusaran


pic is from here

Monday, December 18, 2006

Parkiran

satu. dua. tiga. bahkan berpuluhan. berjejerderet. berbilang merek terkenal. berapihbaris. bmw. jaguar. merci. takkepalangragam. meskibegitu takhadir sedetikpun rasa aku. takterpancar seulaspun senyum angkuh. faham utuh; cepatlambat. hilang tektergenggam. semua

ini kehidupan; sirna perlahan. setiap ada akan tak ada. resapi tanpa ratapan.


pic is from here

Saturday, December 16, 2006

dan kemudian terbitlah pagi

pun.malam-malam jahanam; berpanjangpanjang, bermatipeka, bergelaplegam, berbekudiam, bersulamseram.
suditaksudi; berakhir, berganti.

Ini kehidupan; hidup, berubah. Setiap naskah berepisode. Maknai tanpa makian.


pic is from here

Thursday, December 14, 2006

langkah awal

punah segala risau. akhirnya. dengan sedikit tenaga, paksa dan campuran kemauan. tidaklah seberapa. terkira. daya yang terkurbankan, demi sebuah harapan. dan teraih satu bulir asa kemenangan.
mungkin belum bisa dikata seutuh kemenangan. meski disebut demikianpun tiada apa. mungkin lebih layak sejumput kemerdekaan; dari takut, dari tindasan asa diri. segores pertama tertatih telah tertatah, kemudian tinggal melanjutkannya tanpa terlalu besar beban
meski sepenuhnya tersadar, setelah ini. ada penantang episode baru, dengan warna beda dalam arti yang sebenernya sama ketidakmerdekaan

pic is from here

Wednesday, December 13, 2006

kembang tigabelas rupa

bukan semisal baut dan murnya. bukan semisal rumah dan anak kuncinya. yang secara jasmani saja bersentuhan.
tapi bertautnya pikir dalam keselarasan rasa. menyatunya nalar dalam kesearahan pandang. tak hanya menikmati kesamaan tapi mencicipi rangkai perbedaan. bukan raga yang menjelma dan berpandang rasa, sesungguhnya. namun kehendak yang berpadu dalam dialektika penuh makna. aku melengkapimu, kamu menyempurnakanku.


pic is from here

Kesempatan Selanjutnya

kemaren. pagipagi banget dah di kantor imigrasi. ga peduli ada yang bilang kepagian. daripada nanti ngantri panjang. pas mo masuk, ada bule nanya-nanya. seadanya dijawab. 'moga aja dia ngerti' pikir saya. tapi, karena mungkin tau saya berat di omong, akhirnya dia pake bahasa indonesiaraya, meski terbata-bata. widih kecewanya hati. ga jadi deh inggris-inggrisan.
pas sama-sama di loket, masih aja pada diem. niat sih mo nyoba lagi ngomong. tapi susah mulainya; takut salah gremer, salah pokeb. sambil terus mikir apa yang musti ditanya; darimana, mokemana, kerjadimana. kita cuman pada senyum munyes aja. lagi sibuk mikir-mikir dan nyari waktu tepat, bule tu dah ngobrol ma orang lain dan nyambung kliatannya gedubrak deh. yawdah babay.

abis bayar-bayar buat poto. sambil grundel, ngambil duduk nunggu panggilan. ada ibu-ibu satu antrian didepan. entah mulai darimana. akhirnya kita ngobrol pake bahasa sunda. dia eh beliau ternyata doktor bidang peternakan satu almamater.
ngantri di wawancara. saya ngga pernah bisa tega ngeliat ibu-ibu berdiri. waktu dipersilahkan duduk, beliau menolak halus. bukan ga kebagian tempat duduk ternyata, emang mau berdiri sepertinya. suaminya aja tenang-tenang aja. duduk manis. hehe...
dah beres bayar-bayar langsung ke antrian cap jempol. si ibu doktor dan si ibu yang ama suaminya muncul satu persatu, akhirnya ngumpul bareng nunggu panggilan. kayak reunian. akhirnya ngobrol ngalor ngidul. tuker kartu nama. cerita kerjaan. keluarga. rumah anaknya yang deket rumah. janjian bisnis bareng. sampai akhirnya pamitan bareng. daaagh bareng-bareng

kadang lepasnya satu kesempatan, awal meraih kesempatan yang lain. jangan kecewa dulu


pic is from here

Sunday, December 10, 2006

l u n c h

mengambil jeda sejenak. disela pekat memenat. cawan, senduk terhidang. meski tak berbandrol tinggitinggi, cukup sesungguhnya.
memompa darah. menghangat. menerang lagi.
tawa renyah. bisik pemeriah. sederhana. ranum rasa, rasanya kembali. ada denyut nadi. ada degupan; baru. meski berakhir disaatnya. menyelesaikan jeda.

| makan siang bukan lagi semisal rutinitas pemenuhan fisik semata. cengkrama hangat yang mewarnainya; menghangatkan kembali aspek psikis. bukan melulu menu yang menarik, tapi suasana yang tersaji kadang mampu merehatkan kepenatan sejenak. sebelum pengkaryaan kembali dimulai |


pic is from here

Saturday, December 9, 2006

bukan bingkai semata

hampir setiap hari.saya temukan sesosok sempurna diatas kursi roda. mengantar peri kecilnya sekolah, membekali harap.wajah sumringah, kedua tangan memutar roda melajukan kendaraannya.sedang peri kecilnya duduk manis ’ceria’ dipangkuan. kondisi fisiknya tidak menyurutkan peran ayah bagi sang buah hati, seperti ayah anak-anak yang lain. pagi tadi.saya mendapati sang ayah menuntun peri kecilnya berjalan.keceriaan melarut dalam setiap putaran roda kendaraannya. lembut. hangat. sabar. seperti hendak berkata bahwa kesemuadia tidak pernah ada yang beda. kesemuadia tidak membenamkebumikan dirinya. mungkin kita lebih sering bersuara dengan aksesoris yang menempeli fisik.bukan kekayaan jiwa; ketegaran, kemenerimaan. kadang kita minder engga jelas. padahal jelas-jelas telah dilengkapi keanugerahanpurna. sepertinya, memang keperkasaan jiwa tidak selalu berbanding lurus dengan keperkasaan tampak.butuh ketelaten an menumbuhrawatinya. butuh kejujuran menerima dan berdiri atasnya.butuh kesadaran bahwa keberbedaan sebesar apapun tak layak membeda keberkesempatan, keberperanan.

pic is from here

Friday, December 8, 2006

Api baru

sudah semacam tradisi.kemeriahan setiap berganti tahun;pagelaran musik nonstop. mercon-mercon mencakar awan.terompet kertas meraungraung. klakson bersahutan hingar bingar.gegap gempita. bumi bak tak tersinggah sepi.meliuki kehingarbingaran.larut. mengarus. menyisakan sepetak bilik hati terlimpahi sepi. dilorong terdalam. terbungkus riangnya raga. yang merindui teguran hangat. tanpa kias. diam.pikir.tangis.tawa.kenang. mestikah seperti tahun dulu-dulu.dikala hingaran berdentang.hati sepi menyendiri. dan yang tersisa hanyalah keriangan sesaat.


pic is from here

Wednesday, December 6, 2006

menanti

menahan diri.menjaga harap.
meski galau tanpa tepi.tanpa pasti

pic is from here

Monday, December 4, 2006

sketsa

pernahkan berada di ketinggian. dimana kita bebas melemparpandang ke sekeliling. nampak; bangunan tinggi megah selayak satu garis.tidak lebih. berhektar hamparan sawah laksana kertas hijau beberapa meter persegi saja dan jutaan manusia terwakilkan dengan bintik-bintik titik. dihadapan pandangan kita. semua kecil. mintalah orang yang dibawah ketinggian mengamati kita. disaat berada pada posisi seperti itu.dihadapan pandangan orang lain. kita juga kecil.
mari meraba nurani. mengakui rasa kita terhadap pengecilartian. maka suatu perkara termaklumi jika sikap seseorang akan mempengaruhi citra dirinya. tidak memandang ketinggian jabatan, kemelimpahan harta, keluhuran ilmu. justru sikaplah yang akan menjadi batu ujian; kecil atau besar nilai kita. terutama dihadapan nurani.

pic is from here

Sunday, December 3, 2006

DiSetengahPerjalananSisa

disetengah perjalanan ini. kutemukan berjuta nuansa. kadang membuat mata ini silau. kadang membuat mata ini terpukau. rangkaian metamorfosa menjadi bagian tak terelak nyata.aku merasa masih berdiri seperti ini disini.dan aku merasa tiada yang berubah.sekelilingkulah yang berubah.alamlah yang berubah. mestikah ku tunjuk hidungku sendiri.saat tumbuhan liar memutih dikepala.saat mata ini tak setajam dulu kala bersuara.mestikah alam yang berbicara.bahwa diri inilah yang akan melewati masa sisa.dan alam akan memperoleh penghuni baru.yang juga akan melewati masa, sampai tiada sisa.seperti diriku juga. perjalanan kemana sesungguhnya yang akan kususuri setelah kusudahi setengah perjalanan sisa ini.

pic is from here

Saturday, December 2, 2006

Tak bermusim

minggu-minggu ini bandung sudah ketiban hujan. menurut informasi, yogya juga sudah kebagian. memang, kalau menurut kebiasaan, musim hujan terjadi di bulan-bulan berakhiran ber. karena sudah musimnya, hampir setiap hari terus turun hujan, air berlimpah dimana-mana. bahkan sampai terjadi banjir.kalau sudah begini, kadang manusia ngomel juga.


setahun terakhir, sampai sekarang, kasus cerai yang menimpa sejumlah kalangan artis, sedemikian marak terjadi. motifnya beragam yang kadang mengundang tanya ‘istri cantik.suami tampan. dua-duanya kaya, kok cerai,... kurang apa ? ‘.
belum selesai kasus yang satu, kasus baru sudah muncul menyusul. gaungnya menguat seiring gencarnya pemberitaan. ibarat hujan, sepertinya ini yang disebut musim cerai.

mungkin tidak asing lagi dengan ungkapan yang kadang terdengar sinis; bahwasanya hidup, tidak cukup hanya bermodal cinta. simak sinema cinta remaja, yang sering mengungkap fenomena ini; dua insan berpaut asmara, berhadapan dengan kehendak orang tua yang lebih berpikir realistis; mantu yang mapan dan besan yang terpandang. realita memang kerap memberi bukti bahwa ungkapan tersebut ada benarnya.

kondisi kejiwaan manusia kadang bermusim, perasaan jenuh dan bosan mungkin akan hadir dikala kondisi alamiah pasangan berubah; usia, raut wajah, kesehatan dan semisalnya. dikala kondisi seperti itu, mutlak diperlukan energi yang menguatkan keduanya untuk bisa bersabar mempertahankan hubungan. energi yang hadir dari kedua hati. tidak menjadi soal energi itu hadir sebelum memilih atau setelahnya.yang pasti energi itu harus ada. dan mutlak adanya.energi yang tidak meminta syarat. energi yang tidak mengenal musim. karena hidup tidak hanya cukup bermodal materi. energi itu adalah cinta

pic is from here

Friday, December 1, 2006

Bangsa pegulat

akhir-akhir ini perhatian masyarakat banyak tertuju pada tayangan gulat dan teve yang menayangan acara tersebut. terhitung semenjak banyak jatuhnya korban yang disinyalir akibat dampak tidak langsung tayangan tersebut. bukan satu dua, anak-anak meninggal maupun cidera berat akibat meniru-niru pertarungan gaya bebas yang mereka saksikan. mesti dimaklumi, tipikal anak-anak memang sering menduplikasi kecenderungan lingkungan sekitar terdekat.jadi wajar saja bila akhirnya menjadi bagian dari kecenderungan itu sendiri. tragisnya merekalah yang menjadi korbannya.

peran orang tua
, sesungguhnya mutlak adanya. memantau tumbuh kembang dan memastikan kecenderungan anak sesuai jalur yang benar. akan tetapi sepertinya, melihat kecenderungan sekarang, sosok orang tua sebagai pengarah tingkah laku anak perlahan terganti peran semenjak interaksi keduanya sedemikian minim; secara kuantitas terlebih kualitas. dan keberadaan teve yang bisa setiap saat menemani, banyak mensubstitusi peran itu.
teve
sebagai media informasi komersil menjadikan reting sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan, berdasarkan seberapa besar penonton yang menyaksikan sebuah acara.sudah tentu permintaan pasar akan menjadi pertimbangan utama atas sebuah tayangan meski tentu kebijakan pemerintah menjadi pertimbangan pula.
pemerintah
sesungguhnya adalah representasi publik dalam menata tatanan masyarakat. adanya produk aturan yang dihasilkan semestinya diperuntukkan bagi kemaslahatan komunal bukan pihak-pihak penguasa kapital saja, secara parsial.

meski yang menjadi korban adalah anak-anak dari para orang tua, akan tetapi sebagai sebuah kesatuan komunitas; peran lingkungan (termasuk media), begitu pula pemerintah menjadi penting bahkan sangat penting. bukan hanya nasib seorang anak atau sebuah keluarga yang terancam, akan tetapi sudah menyangkut bangsa dan sebuah peradaban.

tentu kita semua tidak berharap, pelanjut peradaban kedepan adalah pribadi-pribadi yang brutal dan lekat dengan kekerasan. sehingga adalah peran kita untuk peduli; bukan saja atas apa yang di konsumsi fisik akan tetapi juga atas apa yang dikonsumsi psikisnya. sinergi sosok; orang tua, lingkungan (termasuk media) dan pemerintah dalam menjalankan peran, sesungguhnya akan menjadi solusi yang sangat relevan.sekarang dan kedepan.

pic is prom here